Genteng Pres Karangasem, Rajai Jawa Tengah


Salah satu home industri di Kabupaten Grobogan yang sampai sekarang keberadaannya masih eksis adalah pembuatan genteng pres yang berada di Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari. Industri genteng pres yang terpusat di Dusun Sarip tersebut pemasarannya telah menembus beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jogjakarta bahkan sampai ke Surabaya.

”Kalau dulu pemasarannya bisa sampai ke Jakarta, bahkan bisa menembus luar jawa, namun sekarang terbatas di wilayah Jawa Tengah saja” ungkap Edi Siswanto, 45 pemilik home industri genteng pres SGN di Desa Karangasem, kemarin.

Diakuinya usaha yang dilakukan sejak tahun 1990 itu meski tetap bertahan, namun dalam kebutuhan bahan baku berupa tanah liat sebagai bahan pembuatan genteng sedikit mengalami kendala. Sebab tanah yang berada di desa tersebut yang selama ini diambil untuk bahan genteng pres semakin hari semakin berkurang karena pengerukan terus menerus. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut harus mendatangkan tanah liat dari desa Sumberagung Kecamatan Ngaringan dengan harga Rp. 125.000 per rit/ truk engkel.

”Persediaan tanah liat sekarang semakin berkurang, bayangkan di Desa Karangasem saja ada sekitar 500 pengrajin Genteng pres yang semuanya masih aktif beroperasi, sehingga keberadaan tanah liat semakin mengering ” ujarnya.

Menurut Edi harga jual genteng pres di Desa Karangasem bervariasi. Untuk genteng pres jenis plentong harga Rp. 700 per buah, jenis mantili Rp. 900 per buah, jenis garuda Rp. 950 per buah, jenis pola panjang Rp. 700 per buah, jenis turbo Rp. 1.000 per buah dan jenis gojer Rp. 1.500 per buah.

”Harga tersebut belum termasuk ongkos kirim, yang jelas biaya pengiriman disesuaikan tempat yang dituju,” terang dia.

Edi juga menambahkan, proses pembuatan genteng pres sekarang ini memang agak sedikit mengalami hambatan karena datangnya musim penghujan. Jika musim kemarau pembakaran dan pengeringan hanya memerlukan 4 hari, namun disaat musim hujan seperti saat ini bisa mencapai 10 hari.

Hal sama juga diungkapkan oleh Siswoyo pengrajin genteng dari Desa yang sama. Dia mengaku, saat musim penghujan pembuatan genteng mengalami kendala pengeringan karena tidak ada panas matahari. Sehingga para pengrajin memilih untuk menaruh hasil cetakan genteng di gudang-gudang.

”Meski musim penghujan sekarang, permintaan genteng meningkat karena banyaknya pengembangan property yang membutuhkan. Hingga saat ini, kami kewalahan untuk memenuhi pesanan,” ujarnya. (Radar Kudus/nir)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genteng Pres Karangasem

BATA ROSTER

Menghitung Kebutuhan Genteng